Peninggalan Kerajaan Mataram Islam – Selamat datang kembali di Ibnudin. Untuk kali ini kita akan menambah wawasan mengenai peninggalan Kerajaan Islam di Indonesia.
Pada jaman dahulu di Indonesia atau Nusantara berdiri berbagai macam kerajaan. Dari kerajaan Hindu, Budha, dan Islam. Dari beberapa kerajaan tersebut meninggalkan bekas peradaban kerajaan berupa peninggalan-peninggalan yang menarik. Khusus pada artikel ini, penulis akan mengulas mengenai peninggalan Kerajaan Mataram Islam.
Simak ulasan lengkap dibawah ini.
Kerajaan Mataram Islam
Kerajaan Mataram Islam merupakan salah satu Kerajaan atau Kesultanan Islam yang pernah berdiri pada abad ke-16 Masehi di Tanah Jawa. Pemimpin dari kerajaan ini merupakan dari keturunan Ki Ageng Sela dan Ki Ageng Pemanahan. Dinasti ini mengaku sebagai keturunan dari Kerajaan Majapahit.
Kesultanan Mataram pernah mengalami 3 kali pergantian ibukota. Pertama, ibukota Kerajaan Mataram Islam di Kota Gede pada tahun 1588 sampai 1613. Kemudian pindah ke Karta pada tahun 1613 sampai 1647. Dan terakhir di Pleret di tahun 1647 sampai 1681.
Sejarah Singkat Kerajaan Mataram Islam
Sejarah Kerajaan Mataram Islam dimulai ketika Sutawijaya naik tahta setelah merebut wilayah Pajang dan meninggalnya Hadiwijaya.
Bagaimana proses berdirinya kerajaan mataram?
Dahulunya Sutawijaya menang dalam sebuah peperangan dengan mengalahkan Aria Penangsang asal Jipang. Dari keberhasilan Sutawijaya dalam perang tersebut, Dia mendapatkan hadiah berupa Hutan Mentaok dari Sultan Hadi Wijaya.’
Hutan Mentaok pada awalnya dipimpin oleh Ki Ageng Pemanahan, Ayah dari Sutawijaya sendiri. Kemudian setelah ayahnya meninggal, kepimpinan Hutan Mentaok beralih kepada Sutawijaya.
Sepanjang kepemimpinan Sutawijaya, kerajaan Mataram Islam memiliki tujuan untuk menaklukan seluruh Jawa. Untuk mencapai tujuan tersebut Sutawijaya dibantuk oleh Ki Juru Martani, Pamannya sendiri.
Pendiri Kerajaan Mataram Islam
Kesultanan Mataram didirikan oleh Danang Sutawijaya. Beliau merupakan pendiri sekaligus raja pertama dari Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1587 sampai 1601.
Danang Sutawijaya memiliki gelar Panembahan Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama Khalifatullah Tanah Jawa. Beliau dianggap sebagai peletak dasar-dasar Kerajaan Mataram Islam pertama kali.
Silsilah Kerajaan Mataram Islam
Kesultanan atau Kerajaan Mataram Islam memiliki silisilah yang cukup jelas. Selama berdirinya Kerajaan ini pernah dipimpin raja raja mataram islam sebanyak 6 raja. Berikut ini beberapa raja dari Kesultanan Mataram.
Ki Ageng Pamanahan
Ki Ageng Pamanahan di tahun 1556 mendirikan sebuah desa yang dikenal sebagai desa Mataram. Dikemudian hari desa yang menjadi cikal bakal terbentuknya Kerajaan Mataram Islam.
Dulunya, daerah tersebut disebut dengan Alas Mentaok dengan hutan yang lebat. Kemudian oleh Ki Ageng dan masyarakat sekitar tanah tersebut dibuka dan dijadikan desa dengan nama Mataram.
Beliau, Ki Ageng Pamanahan meninggal dunia di kota Gede atau Yogyakarta pada tahun 1584.
Panembahan Senapati
Pada tahun 1584 atau wafatnya Ki Ageng, kepimpinan Kerajaan Mataram beralih kepada anaknya yang bernama Sutawijaya atau sering dikenal dengan gelar Panembahan Senapati. Beliau merupakan menantu dan anak angkat dari Sultan Panjang.
Gelar Panembahan Senapati didapatkan Sutawijaya karena beliau dianggapkan sebagai senapati utama dari Kerajaan Panjang.
Pada kepimpinan Panembahan Senapati, Kerajaan Mataram Islam semakin berjaya. Tahap awal dari kepimpinan beliau ialah dengan memperluas wilayah kekuasaannya dari panjang dan sisi selatan seperti Demak dan Tuban. Untuk wilayah selatan sampai wilayah Madiun dan Pasuruan.
Sutawijaya atau Panemabahan Senapati meninggal dunia pada tahun 1523 Masehi. Kemudian kepimpinan pindang kepada Raden Mas Jolang, anak dari Sutawijaya.
Raden Mas Jolang
Raja Kerajaan Mataram Islam selanjutnya adalah Raden Mas Jolang yang bergelar Panembahan Anyakrawati. Beliau merupakan anak dari Panembahan Senapati dan putri Ki Ageng Panjawi.
Raden Mas Jolang adalah pewaris raja kedua dari Kesultanan Mataram. Kurang lebih beliau menjadi raja selama 12 tahun yaitu dari tahun 1606 sampai 1613 Masehi.
Ketika beliau memimpin kala itu sering terjadi peperangan. Penyebab dari peperangan karena penaklukan suatu wilayah atau sebaliknya karena mempertahankan wilayah kekuasaan.
Raden Mas Jolang meninggal dunia di desa Krapyak pada tahun 1613 di desa Krapyak. Beliau dimakamkan di makam Pasar gede bersanding dengan makam ayahnya, Panembahan Senapati.
Raden Mas Rangsang
Raja ke 3 dari Kesultanan Mataram Islam adalah Raden Mas Rangsang. Beliau merupakan putra dari Raden Mas Jolang. Raden Mas menjadi raja dari tahun 1613 – 1645 dan membawa Kerajaan Mataram mencapai masa kejayaannya.
Raden Mas Rangsang memiliki gelar Sultan Agung Senopati Ingalaga Ngabdurrachman. Saat kepemimpinan Raden Mas, Kerajaan Mataram berhasil menguasai hampir keseluruhan Tanah Jawa. Dari Jawa Timur dan Jawa Barat serta sebagaian Jawa Barat.
Sultan Agung juga memerangi VOC yang ingin menjajah Jawa dan Batavia. Pada masa kepemimpinan Sultan Ageng, Kesultanan Mataram Islam berkembang menjadi Kerajaan Agraris. Sultan Ageng wafat pada tahun 1645, makam beliau berada di Imogiri.
Amangkurat I
Raja selanjutnya bernama Sultan Amangkurat. Beliau merupakan anak dari Sultan Ageng. Di tahun 1647, Raja amangkurat memindahkan pusat kerajaa dari kota Gedhe ke kraton Plered.
Sultan Amangkurat memerintah pada tahun 1638 sampai tahun 1647 Masehi. Pada saat itu Kerajaan Mataram Islam mulai terpecah. Hal Ini disebabkan sultan Amangkurat I tidak lagi memerangi VOC seperti ayahnya dulu. Namun sebaliknya Beliau menjadi teman penjajah tersebut..
Pada tahun 1677, Sultan Amangkurat I menghembuskan napas terakhirnya. Beliau dimakamkan di Telagawangi, Tegal. Ketika sesaat sebelum meninggal, Sultan Agung menangkat Sunan Mataram atau Amangkurat II sebagai penerus Raja Mataram.
Amangkurat II
Raja terakhir Kerajaan Mataram Islam adalah Amangkurat II atau Raden Mas Rahmat. Beliau juga merupakan pendiri dan raja pertama dari Kasunanan Kartasura. Perlu diketahui bahwa Kasunanan Kartasura merupakan kelanjutan dari Kerajaan Mataram Islam sebelumnya.
Raden Mas Rahmat menjadi Raja dari tahun 1677 sampai tahun 1703 Masehi. Beliau merupakan raja Jawa pertama yang memakai pakaian eropa sebagai pakaian dinas raja. Oleh sebab itu rakyat menjulukinya sebagai Sunan Amral (Admiral).
Letak Kerajaan Mataram Islam
Pusat dari Kerajaan Mataram Islam terletak di daerah Jawa Tengah bagian selatan. Ibukotanya berada di Kota Kede atau sekitar Kota Yogyakarta untuk saat ini. Dari beberapa kisah kuno mengenai letak geografis Mataram Islam berada di daerah aliran Sungai Opak dan Progo dengan muara di Laut Selatan.
Luas wilayah Kerajaan Mataram Islam terbentang dari Tugu sebagai batas sebelah utara sedangkan Panggung Krapyak sebelah selatan. Di perbatasan barat ada Sungai Winongo dan sebelah timur ada Sungai Code.
Kraton Mataram Islam yang terletak antara Gunung Merapi dan Laut Selatan dimaknai sebagai pusat dunia atau jagat raya.
Sumber Sejarah Kerajaan Mataram Islam
Sumber sejarah mengenai permulaan Kerajaan Mataram Islam sangat terbatas. Sebagian besar sumber sejarah berbentuk naskah-naskah Babad, Serat ataupun tradisi lisan.
Sumber asing semisal dari Portugis pada abad ke 16 dan permulaan abad ke 17. Sebagian besar hanya membahas sedikit kejadian-kejadian di kota-kota pantai. Berupa mengenai kegiatan perdagangan dan sedikit yang mengulas mengenai kerajaan.
Oleh sebab itu, untuk mengulas sejarah lahirnya Kerajaan Mataram Islam terpaksa hanya didasarkan atas sumber data sejarah yang ada di dalam negeri saja.
Peninggalan Kerajaan Mataram Islam
Berikut ini beberapa bukti peninggalan Kerajaan Mataram Islam yang sampai saat ini masih bisa kita temukan. Ulasannya sebagai berikut:
Masjid Kotagede
Kerajaan Mataram Islam sebagai kerajaan bercorak Islam tentunya memiliki masjid utama sebagai pusat penyebaran agama. Masjid peninggalan Kerajaan Mataram Islam hingga kini masih dapat ditemukan di Kota Gede.
Masjid Kota Ggede merupakan Masjid Peninggalan Kerajaan Mataram Islam yang dibangun pada tahun 1640. Terlihat akulturasi budaya pada desain arsitektur bangunannya yang bercorak Hindu Budha. Hingga saat ini masjid Kota Gede masih sering digunakan untuk kegiatan dakwah Islam oleh masyarakat disekitar Kota Gede.
Meriam Segara Wana dan Syuh Brata
Segara Wana dan Syuh Brata merupakan nama dari 2 buah meriam berukuran besar. Meriam tersebut merupakan pemberian dari JP Coen. Pimpinan militer Belanda tersebut menghadiahkannya kepada Sultan Agung.
Kedua meriam tersebut diberikan sebagai hadiah kepada Kerajaan Mataram Islam. Dikarenakan sang Sultan Agung telah berjanji untuk tidak menyerang Batavia. Kedua meriam peninggalan Kerajaan Mataram Islam sampai saat ini digunakan sebagai hiasan depan Keraton Surakarta.
Pertapaan Kembang Lampir
Kembang Lampir merupakan sebuah tempat yang dulunya digunakan Ki Ageng Pemanahan bertapa untuk mencari wahyu bagi kemajuan Keraton Mataram.
Petilasan pertapaan ini terletak Desa Giri Sekar, Kecamatan Panggang, Gunung Kidul. Letak petilasan ini tidak jauh dari Jalan Raya Panggang-Baron. Ditempat tersebut terdapat patung para pendiri Kesultanan Mataram Islam, yaitu Panembahan Senapati, Ki Ageng Pemanahan, dan Ki Juru Mertani.
Kitab Sastra Gending
Kerajaan Mataram Islam memiliki peninggalan berupa sebuah karya sastra bernama Kitab Sastra Gending. Kitab ini ditulis oleh Sultan Agung yang berisi mengenai ajaran filsafat tentang menjadi manusia yang berakhlak. Menurut beberapa kisah, kitab Sastra Gending ditulis oleh Sultan Agung setelah melakukan penyerangan ke Batavia.
Pasar Legi Kotagede
Pasar Legi Kotagede merupakan sebuah pasar yang ada sejak berdirinya Kerajaan Mataram Islam. Pasar peninggalan Kerajaan Mataram Islam sudah beberapa kali mengalami renovasi dan perbaikan. Ada beberapa bagian bangunan kono yang sampai saat ini masih dipertahankan keasliannya.
Pasar Legi memiliki tata wilayah yang merupakan bagian dari konsep Catur Gatra Tunggal. Konsep ini memiliki arti adanya 4 wahana berbeda. Wahana tersebut memiliki kaitan satu sama lain dalam mendorong kehidupan sosial masyarakat Jawa. Keempat wahana tersebut adalah Masjid sebagai pusat peribadatan, Keraton sebagai pusat pemerintahan. Kemudian, alun-alun sebagai pusat budaya, dan pasar sebagai pusat ekonomi.
Rumah Tradisional
Satu lagi peninggalan Kerajaan Mataram Islam adalah rumah tradisional, berupa pemukiman kuno. Pemukiman ini terkesan sangat etnis. Sampai saat ini tempat tersebut menjadi cagar budaya dengan pengawasan dari pemerintahan Provinsi Yogyakarta.
Budaya
Peninggalan Kerajaan Mataram Islam tidak hanya berupa benda-benda. Ada juga berupa kebudayaan masyarakat Mataram Islam. Beberapa diantaranya seperti tradisi membakar peninggalan orang yang telah meninggal atau lebih dikenal dengan nama tradisi Kalang Obong. Kemudian ada juga makanan khas Kota Gede bernama Kue Kipo, teknik kerajinan perak, dan masih banya lagi yang dapat kita temukan.
Sekian ulasan mengenai Peninggalan Kerajaan Mataram Islam. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca artikel ini. Semoga bermanfaat.
Baca juga : 13+ Masjid Peninggalan Kerajaan Islam di Indonesia